Satu dari tiga pembeli pertama
Kawasaki H2 yang dalam beberapa bulan ke depan akan menerima moge berbanderol
Rp 580 juta adalah Bambang, warga Kampung Melayu, Tangerang.
Saat peluncuran sepeda motor ini di
Sentul, Jawa Barat, ia terlihat tetarik dan tidak sabar untuk segera
menunggangi sepeda motor yang ia akui akan ia bawa harian ini.
"Pasti saya jalanin, pasti saya
bawa karena saya senang, senang dengan motor besar. Ya di Jakarta saya
coba. (Sentul saja?) Oh enggak. Saya ke mana, pasti saya bawa," ujar
anggota komunitas Nitro, Ninja Tangerang Original, ini.
Bambang sendiri adalah seorang
pedagang emas. Ia memiliki toko di Teluk Naga, Tangerang.
"Usaha saya lebih kurang sudah
30 tahun, toko emas, toko emas kecil-kecilan, di Kampung Melayu, Teluk Naga,
Tangerang," aku bapak dengan anak tunggal ini.
Sekalipun ikut klub, Bambang, yang
mengaku bernama "Bambang" saja dan akan menyertakan nama keluarga Ci
Cui Guan di paspornya ini sebenarya lebih sering berada di toko. "Kalau
keanggotaan, saya kalau bisa ikut, ya ikut, kalau enggak,ya enggak. Aktivitas
saya di toko," ujarnya.
Namun jangan tanya kenapa di memilih
brand ini. Pasalnya, ternyata, Bambang boleh dibilang "penggila"
Kawasaki. Ninja H2 yang nanti akan ia tunggangi sekurangnya adalah Kawasaki
ke-8 yang akan dia miliki.
"Ini motor Kawasaki saya yang
ke berapa ya, hampir yang ke-8 kayaknya, semenjak saya bisa bawa motor. Balap
sih belum pernah. Cuma dari kecil saya senang motor, dari tahun 1970,"
katanya seraya mengaku saat ini sudah menaruh DP Rp 50 juta untuk H2
incarannya.
- Biasanya naik Vario ke toko
Punya motor yang cenderung akan
berstatus langka di Indonesia sudah disikapi Bambang sedari awal. Ia tidak
takut punya masalah susah memperoleh suku cadang kalau-kalau H2-nya nanti sudah
dipakai lama.
"Saya enggak takut. Suku
cadang, saya enggak pernah kesulitan. Saya kan ada bengkel sendiri, di daerah
Pademangan, khusus motor-motor moge, dan saya bergabung dengan mereka. Beli
Ninja H2 ini, saya sudah siap semuanya," ujarnya.
Terakhir, Bambang biasa memakai
Ninja 250 untuk gabung dengan klub atau berpelesiran. Walau begitu,
biasanya, ia lebih sering menggunakan skutik, antara lain untuk mengantar istri
ke toko.
"Saat ini saya punya Kawasaki
Ninja 250. Honda Vario untuk harian. Ninja 250 untuk kumpul-kumpul. Saya pakai
yang Honda Vario dari rumah ke toko, untuk bonceng istri saya."
Mengapa Bambang memilih Kawasaki,
terlebih lagi H2, jawabannya cukup simpel. Ia suka dengan modelnya, dan yakin
dengan ulasan media soal teknologi yang diusungnya.
"Saya lihat Kawasaki itu untuk
model, oke. Saya coba lari, yang sudah saya coba, oke, dibandingkan dengan
motor-motor lainnya, seperti (menyebut motor 250 cc), saya enggak
tertarik. Modelnya kurang oke, kurang sport. Di pengamatan saya, motor ini (H2)
benar-benar canggih. Teknologinya yang bikin saya tertarik. Tadi pas di
sini (sirkuit Sentul) juga kelihatan kan, jadi enggak sekadar ngomong. Saya
lihat di media bulan November, lalu saya inden," bebernya.
Mengapa tidak lirik moge lain?
"Saya pernah lirik Harley-Davidson. Agak ribet, dibawa ke jalan kayaknya
agak susah. Kalau untuk H2, di jalanan macet pun masih bisa saya
kendalikan."
Punya H2 adalah sesuatu yang
personal buat Bambang. Ia bahkan menekankan kepada anggota keluarganya, hanya
dia yang naik motor. Untuk anaknya, ia mempersilakannya menggunakan mobil.
"Kalau untuk sepeda motor, anak
saya tidak akan saya wariskan. Anak saya akan saya wariskan mobil empat itu,
boleh silakan pilih. Kalau motor, saya sudah pesan ke istri saya, jangan naik
motor," ujar Bambang yang mengaku jika mau main-main ke rumahnya, orang
akan tahu dengan menyebut namanya. "Sebut saja Pak Bambang, tukang becak
juga tahu," tutupnya.