Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Thursday, February 26, 2015

Rp 580 Juta, Pedagang Emas 'Kawilovers'



Satu dari tiga pembeli pertama Kawasaki H2 yang dalam beberapa bulan ke depan akan menerima moge berbanderol Rp 580 juta adalah Bambang, warga Kampung Melayu, Tangerang.
Saat peluncuran sepeda motor ini di Sentul, Jawa Barat, ia terlihat tetarik dan tidak sabar untuk segera menunggangi sepeda motor yang ia akui akan ia bawa harian ini.
"Pasti saya jalanin, pasti saya bawa karena saya senang, senang dengan motor besar.  Ya di Jakarta saya coba. (Sentul saja?) Oh enggak. Saya ke mana, pasti saya bawa," ujar  anggota komunitas Nitro, Ninja Tangerang Original, ini.
Bambang sendiri adalah seorang pedagang emas. Ia memiliki toko di Teluk Naga, Tangerang.
"Usaha saya lebih kurang sudah 30 tahun, toko emas, toko emas kecil-kecilan, di Kampung Melayu, Teluk Naga, Tangerang," aku bapak dengan anak tunggal ini.
Sekalipun ikut klub, Bambang, yang mengaku bernama "Bambang" saja dan akan menyertakan nama keluarga Ci Cui Guan di paspornya ini sebenarya lebih sering berada di toko. "Kalau keanggotaan, saya kalau bisa ikut, ya ikut, kalau enggak,ya enggak. Aktivitas saya di toko," ujarnya.

Namun jangan tanya kenapa di memilih brand ini. Pasalnya, ternyata, Bambang boleh dibilang "penggila" Kawasaki. Ninja H2 yang nanti akan ia tunggangi sekurangnya adalah Kawasaki ke-8 yang akan dia miliki.
"Ini motor Kawasaki saya yang ke berapa ya, hampir yang ke-8 kayaknya, semenjak saya bisa bawa motor. Balap sih belum pernah. Cuma dari kecil saya senang motor, dari tahun 1970," katanya seraya mengaku saat ini sudah menaruh DP Rp 50 juta untuk H2 incarannya.
- Biasanya naik Vario ke toko
Punya motor yang cenderung akan berstatus langka di Indonesia sudah disikapi Bambang sedari awal. Ia tidak takut punya masalah susah memperoleh suku cadang kalau-kalau H2-nya nanti sudah dipakai lama.
"Saya enggak takut. Suku cadang, saya enggak pernah kesulitan. Saya kan ada bengkel sendiri, di daerah Pademangan, khusus motor-motor moge, dan saya bergabung dengan mereka. Beli Ninja H2 ini, saya sudah siap semuanya," ujarnya.
Terakhir, Bambang biasa memakai Ninja 250 untuk gabung dengan klub atau berpelesiran.  Walau begitu, biasanya, ia lebih sering menggunakan skutik, antara lain untuk mengantar istri ke toko.
"Saat ini saya punya Kawasaki Ninja 250. Honda Vario untuk harian. Ninja 250 untuk kumpul-kumpul. Saya pakai yang Honda Vario dari rumah ke toko, untuk bonceng istri saya."

Mengapa Bambang memilih Kawasaki, terlebih lagi H2, jawabannya cukup simpel. Ia suka dengan modelnya, dan yakin dengan ulasan media soal teknologi yang diusungnya.
"Saya lihat Kawasaki itu untuk model, oke. Saya coba lari, yang sudah saya coba, oke, dibandingkan dengan motor-motor lainnya, seperti  (menyebut motor 250 cc), saya enggak tertarik. Modelnya kurang oke, kurang sport. Di pengamatan saya, motor ini (H2) benar-benar canggih. Teknologinya yang bikin saya tertarik.  Tadi pas di sini (sirkuit Sentul) juga kelihatan kan, jadi enggak sekadar ngomong. Saya lihat di media bulan November, lalu saya inden," bebernya.
Mengapa tidak lirik moge lain?  "Saya pernah lirik Harley-Davidson. Agak ribet, dibawa ke jalan kayaknya agak susah. Kalau untuk H2, di jalanan macet pun masih bisa saya kendalikan."
Punya H2 adalah sesuatu yang personal buat Bambang. Ia bahkan menekankan kepada anggota keluarganya, hanya dia yang naik motor. Untuk anaknya, ia mempersilakannya menggunakan mobil.
"Kalau untuk sepeda motor, anak saya tidak akan saya wariskan. Anak saya akan saya wariskan mobil empat itu, boleh silakan pilih. Kalau motor, saya sudah pesan ke istri saya, jangan naik motor," ujar Bambang yang mengaku jika mau main-main ke rumahnya, orang akan tahu dengan menyebut namanya. "Sebut saja Pak Bambang, tukang becak juga tahu," tutupnya.

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment